Waktu
Masuknya Islam ke Aceh
Banyak
sarjana telah menyatakan pendapatnya tentang penetapan waktu yangpasti masuknya
agama islam ke Indonesia, khususnya ke aceh. Hal ini tidak mengherankan,
karena warisan sejarah zaman yang lalu kebanyakan telah bercampurdengan dongeng
banyak sekali perbedaan tentang masuknya islam ke Indonesia. Ada yangmenyatakan
pada abad 13 masehi menurut
Hoesein Djajaningrat, A Mukti Ali dam Mahmud Yunus.
Dan
ada juga yang menyatakan bahwa islam masuk ke indonesia padapada abad 7-8
masehi. Pendapat ini didukung oleh
Hamka, Moh Said, D.Q nasution, Ok Rahmat,
Dahlan Mansur
dan
lain-lain.
Pada umumnya para ahli sejarah berpendapat bahwa
pantai Sumatera bagianutara-lah yang mula-mula menerima ajaran Islam. Ada juga
yang berpendapat bahwaBarus adalah daerah islam pertama di Indonesia. Alasan
bahwa Barus yang mula-mulamenerima penyiaran Islam, karena sejak zaman kuno
Barus sudah berperan sebagai Bandartransito dalam dunia perdagangan di wilayah
nusantara. perdagangan Islam lebih dahuludatang di Barus, baru menuju
Bandar-bandar dagang lainnya di Nusantara . H. M.Zainuddin berpendapat bahwa
Peureulak yang mula-mula menerima agama islam denganmenggunakan sumber kitab
Idhahul Haq fi mamlakatil,
buah
tangan Abu Ishak Al-makarany.
B.defenisi Pendidikan Umun dan Islam
1. Arti Pendidikan secara etimologi
Pendidikan bersala dari
bahaa yunani yaitu “Paedagogie”. Yang terdiri dari kata“PAIS” , artinya anak,
dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing, jadi paedagogie yaitu
bimbingan
yang diberikan kepada anak
Secara
definitif pendidikan (Paedagogie) diartikan oleh para tokohpendidikan, sebagai
berikut :a)
John DeweyPendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapanfumdamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan
sesamamanusia.b)
LangeveldMendidik
adalah mempengaruhi anak dalam usahamembimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha
membimbing adalah usahayang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja antara
orang dewasa dengananak/ yang elum dewasa.c)
HoogeveldMendidik
adalah membantu anak supaya ia cukup cakapmenyelnggarakan tugas hidupnya atas
tanggung jawabnya sendiri.d)
SA.
Bratanata dkk.Pendidikan adalah usaha yang disengaja
diadakan baik langsungmaupun dengan ara yang tidak langsung untuk
membantu anak dalamperkembangannya mencapai kedewasaannya.e)
RousseauPendidikan
adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada padamasa anak-anak, akan tetapi
kita membutuhkannya pada waktu dewasa.f)
Ki
Hajar DewantaraMendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
padaanak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakatdapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.g)
GBHNPendidikan
adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadiandan kemampuan di dalam dan di
luar sekolah dan berlangsung seumur
3.Tentang kata “Islam”,
ada
yang mengartikannya sebagai penyerahan diri secaratentram dengan sepenuhnya
terhadap kehendak Allah tanpa perlawanan. Disisi lain adayang m
engartikan “Islam” itu
dengan perkataan damai atau sejahtera.
Dengan demikian “
Pendidikan Islam”
dapat
diartikan sebagai pendidikan yangberdasarkan kepada jaran islam
sesuai dengan ajaran islam. Pendidikan islam menuntutagar setiap
orang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah. Pendidikan islam berusahamencapai
kesejahteraan dan keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat
denganselalu berpedoman kepada perintah Allah dan rasulnya.
3. Pengertian pendidikan secara umum yang
dihubungkan dengan Islam
— sebagaisuatu system keagamaan
— menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang
secara implicitmenjelaskan karakteristik-karakteristik yang
dimilikinya.Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks
Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib”
yang harus dipahami secara bersama-sama.
-Ketiga
istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia danmasyarakat
serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satusama
lain. Istilah-istilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan
Islam:informal, formal dan non formal.Hasan Langgulung merumuskan pendidikan
Islam sebagai suatu proses penyiapangenerasi uda untuk Tujuan pendidikan
Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam,yaitu untuk
menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya,dan
dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S.
Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102).
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian
proses pemberdayaanmanusia menuju taklif [kedewasaan], baik secara akal, mental maupun
moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba
dihadapanKhaliqnya dan
sebagai “pemelihara” [khalifah ]
pada semesta [Tafsir, 1994].Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah
mempersiapakn peserta didik [generasi penerus] dengan kemampuan dan
keahlian [skill ] yang
diperlukan agar memilikikemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah
masyarakat [lingkungan], sebagai tujuanakhir dari pendidikan. Tujuan akhir
pendidikan dalam Islam, sebagai proses pembentukandiri peserta didik [manusia]
agar sesuai denganfitrah keberadaannya
[al-Attas, 1984].Hal ini meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen
dalam duniapendidikan - terutama peserta didik -- untuk mengembangkan diri dan
potensi yangdimilikinya secara maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan
telah mampumenjalankan perannya sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun
seiring dengankemunduran dunia Islam, dunia pendidikan Islam pun turut
mengalami kemunduran.Dasar-dasar pendidikan Islam, secara prinsipil diletakkan
pada dasar-dasar ajaranIslam dan seluruh perangkat kebudayaannya, yaitu:1.Al-Qur’an
dan Sunnah, karena memberikan prinsip yang penting bagi pendidikan
yaitu
penghormatan kepada akal, kewajiban menuntut ilmu dsb.2.
Nilai-nilai
social kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam atasprinsip
mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi manusia.3.
Warisan
pemikiran Islam, yang merupakan refleksi terhadap ajaran-ajaran pokok Islam.Karakteristik
pendidikan Islam:1.
Penekanan
pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atasdasar ibadah
kepada Allah swt.2.
Penekanan
pada nilai-nilai akhlak.3.
Pengakuan
akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatukepribadian.4.
pengamalan
ilmu pengetahuan atas dasr tanggung jawab kepada Tuhan danmasyarakat manusia.
Sistem Pendidikan Islam
Di Aceh

6.Agar pendidikan islam itu lebih berbobot bagi
masyarakat luas, maka ulama-ulama aceh telah mengarang kitab-kitab dalam bahasa
aceh, seperti : Hikayat AkhbarulKarim dan Bahaya Siribee. Kitab yang sulit
dalam bahasa arab juga diterjemahkan ke
dalam bahasa melayu,
seperti tafsir Qur’an yang berjudul “
Tarjumanul Mustafid Bil
jawi”,
oleh
Syek Abdul Rauf. Dalam hikayat akhbarul Karim dijelaskan tentang tauhid,
ibadah,hari kiamat dan sebagainya.Dayah di aceh banyak menggunakan
expatriates
terutama
dari timur tengah, untuk mengajar bukan hanya ilmu agama namun juga ilmu
non agama seperti: Syekh M. Azhari(metafisika), Abu Al-kahar Ibn Syekh Ibn
Hajar (hokum), Syekh Yamani (teologi)Dayah-dayah yang terkenal di Aceh pada
masa yang lalu adalah Dayah Cot Kala,Jeureula, Lambirah, Tiro dan lain-lain.
6Dalam pengajaran, tidak ada batas umur untuk mulai belajar. Orang
tuamenentukan sendiri kapan anaknya disuruh belajar. Ada orang tua yang
mengirim anaknyabalajar pada usia lima, enam atau tujuh tahun. Pemerintah juga
tidak menetapkan batasusia untuk mulai belajar. Ulama-ulama dahulu mengirim
anaknya ke sekolah setelahberumur Tujuh tahun, batas umur dimana
orang tua telah dibebani kewajiban untuk pendidikan anak mereka supaya
mengerjakan sembahyang dan berakhlak mulia.Pada masa emas kerajaan aceh, yaitu
pada Sultan Ali Mughayat Syah, dalammenghadapi portugis, ulama-ulama aceh
memegang peranan yang besar yaitumenanamkan jiwa jihad kepada rakyat aceh, pada
saat portugis hendak menyerang aceh,berkat kebaikan hati seorang muslim yang
bekerja di kapal portugis itu, rahasiapenyerangan portugis tersebut dibocorkan,
akibatnya aceh mengambil inisiatif menyeranglebih dahulu. Kemenangan pada masa
ali mughayat syah antara lain disebabkan bainyahubungan antara aceh dengan
Negara-negara Islam.Akan tetapi pendidikan islam suram ketika pada masa
kemunduran kerajaan acehyaitu ketika kamalat Syah meninggal, terjadi perebutan
tahta, masa pemerintahan ratu-ratuyang telah berlangsung selama enam puluh
tahun suatu hal yang patut dibanggakan padamasa itu diakhiri dengan berdirinya
Dinasti Sayid oleh orang Arab. Dinasti ini banyak sekali terjadi perebutan
kekuasaan bahkan Mahmud Yunus, seorang sarjana Islammenggambarkan situasi
pendidikan pada zaman suram itu sebagai berikut :
“pendidikan
dan pengajaran islam mendapat
kemajuan di tanah aceh selama raja-rajanya menyokongdan turut memajukan
bersama-sama alim ulama. Tetapi lama-kelamaan raja-raja
tidak mementingkan lagi keberesan uruasan negara.
Maka urusan agama turut pula kurangberes. apabila raja telah lengah
menjalankan kewajiban agama,tentu rakyat lebih lengahlagi. Negeri kurang aman,
antara satu kampong dengan kampong yang lain menjadisengketa dan saling
selisih. Satu negeri berperang dengan negeri yang lain. Pendidikandan
pengajaran terhenti kemajuannya. Raja tidak dapat mengembalikan keamanan
dalamnegeri. Hal ini mengakibatkan kemunduran pendidikan dan pengajaran islam. Pergikepasar
saja tidak aman. Waktu itu ulama tidak dapat melaksanakan tugasnya
terhadaporang dating yang hendak mempelajari agama di surau atau di mesjid,
sebab untuk
7
bergerak lebih lanjut
tdak dapatd, yang dapat pendidikan islam bertambah lamabertambah mundur
keadaannya. Kemunduran makin bertambah sewaktu pecahnya perang Aceh.
8
Dari
situasi yang demikian buruk, tidak dapat diharapkan pendidikan berjalandengan
baik, memang pendidikan berjalan juga, tetapi syiar yang cemerlang
akanbertambah nyata bila dakwah islam tidak ada rintangan. Dalam situasi Negara
yang beradadalam keadaaan gawat, tipislah kemungkinan ulama-ulama asing mau
dating dan tinggal diAceh. Ulama-ulama dan murid-murid dari daerah lainnya di
Nusantara tentu telah seganpula dating jika aceh berada dalam situasi yang
tidak aman. Terutama Belanda yang telahberkuasa di tempat lain, memperkecil
kesempatan untuk pergi ke daerah-daerah islam,termasuk aceh karena hal ini
berbahaya bagi mereka. Belanda dengan sengajamempertajam pertentangan sesama
umat islam setiap ada kesempatan, seperti mengirimSentot Ali Basyah ke Minangkabau
selama perang paderi. Namun demikian, pada masayang sulit itu masih ada juga
ulama yang sempat menulis, misalnya Syekh Jalaluddin binSyekh Muhammad
Kamaluddin Tursani yang hidup pada masa Sulthan Alaiddin JohanSyah (1735-1760)
yang mengarang
Safinatul Hukam
.
Dalam kitab ini dibahas masalah-masalah hokum tata Negara, hukum perdata, hokum
dagang dan hokum pidana yangditinjau dengan kaca mata Islam. Dalam kitab itu
dijelaskan agar raja bersifat adil, berani,lurus janji, berkata benar,
penyanyang, sabar, pemaaf, syukur, tidak amarah, menahanhawa nafsu jahat,
sehat, dan hebat. Raja harus meninggikan agama & beramal,meramaikan negeri
dan Bandar, mengerjakan yang mendatangkan manfaat bagi rakyatserta menolak yang
mendatangkan mudharat.
D.Modal Dasar Pendidikan Islam di Aceh
Pemda
Aceh sebenarnya sudah berusaha meningkatkan pendidikan di Aceh. Pascapertikaian
DI/TII (1957), pemda aceh mencoba membangun tiga macam model jalurpendidikan
pada tingkat Perguruan Tinggi di kompleks pendidikan pelajar dan mahasiswa
(kopelma) Darussalam Banda Aceh yaitu : Universitas Syiah Kuala (1959),
IAIN Jami’ah,Ar-Raniry Darussalam (20
September 1963) dan Dayah tingkat teungku chik (DayahMayang) dengan nama Dayah
Teungku Chik Pante Kulu. Namun dayang mayang yangsemula diharapkan menjadi
sebuah lembaga pendidikan tinggi alternative yangmenerapkan metoda tradisional
dalam proses pendidikannya pada akhirnya tidak berjalanefektif. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas tinggi danbersedia
tinggal penuh did ayah, juga karena orientasi mahasiswa yang lebih tinggi
padapencapaian gelar kesarjanaan formal.Pemda juga mendirikan Yayasan Malim
Putra (1987) yang bergerak dalam bidangpendidikan, mendirikan beberapa kelas
unggulan di beberapa sekolah di sore harimeskipun berjalan hanya dua tahun
karena kekurangan dana dan pengelola professional,mendirikan SMU Modal Bangsa,
mendirikan Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa melaluiyayasan Pengembangan SDM
(YPSDM). Ada pula usaha pihak swasta (individu maupuninstitusi) seperti pembangunan
sekolah terpadu lueng Putu yang diketuai oleh T. Abdullah(pensiunan direktur
bank BNI Jakarta) dan Bustanul Ulum di Langsa. Pada tahun 1993,pemda bersama
MPD merevisi kurikulum muatan lokal di seluruh tingkatan sekolah diaceh, dengan
menyeimbangkan dengan tujuan
pembelajaran di kurikulum, danpenambahan dibidang akhlak untuk semua jenjang sekolah.PENDIDIKAN membuat manusia
cerdas dan maju. Dengan pendidikanmemperangaruhi watak suatu
bangsa sehingga bangsa itu memiliki peradaban. Maka
perlukonsep pendidikan yang baik dan benar
agar tidak terjadinya ketimpangan danproblematika dalam
kehidupan
masyarakat.Dalam konteks Aceh sebagai daerah Syariat Islam, apakah systempendidikannya
sudah Islami; apakah sudah dilaksanakan dalam praktik sesuai yangdiamanahkan
Qanun Pendidikan Aceh? Harus diakui, banyak pengelola pendidikan itubelum jelas
tentang konsep dan bentuk pendidikan Islami. Gilirannya, guru atau
tenagarapengajar juga tidak memiliki petunjuk teknis bagaimana menerapkan
pembelajaran yangbernuansa Syariat (Islam)..
Secara konsep, bahwa pendidikan Islami adalah berbasis nilai-nilai
Islam,komprehensif, integratif dan holistic yang diterapkan dalam proses
penyelenggaraannya.Agaknya ini yang mengilhami Majelis Pendidikan Daerah(MPD)
NAD mengadakan seminar Internasional system
pendidikan Islami (9-12November 2008) lalu di Banda Aceh.Intinya untuk
mendapatkan solusi aplikatif bagikebijabakan dan penerapan sistem pendidikan
Islami di Aceh.
E. Fenomena Aceh
Saat
ini, mutu pendidikan kita (Indonesia) menempati posisi terendah di Asia.Ada
beberapa faktor penyebab, baik dari segi muatan isi pendidikan (kurikulum),
pendidik,maupun moralitas. Di antaranya, sistem pendidikan nasional adalah
warisan penjajahBelanda. Itu sebabnya prosesPendidikan mengalami kegagalan
dalam misi mencerdaskan bangsa. Kecuali itu,pergantian kurikulum setiap tahun
sangat merugikan rakyat, karena cenderung menjadimomen tradisi
buruk ini menjadi proyek bagi instansi/golongan tertentu. Termasuk
diAceh, yang menjadikan dunia pendidikan sebagai obyek bagi kalangan (stake
kholder)dengan program-program yang samasekali tidak menyentuk aspek mutu
pendidikan itusendiri.Aceh, yang menerapkan syariat Islam, ternyata muatan
kurikulum pendidikannyabelum mencerminkan nilai-nilai syariat itu. Misal,
kurikulum SD, SMP, SMA bahkanperguruan tinggi umum, untuk bahan
ajar Aqidah, Fikih, Alquran dan Akhlak tidak mendapat
perhatian seperti halnya pelajaran umum. Pelajaran ini
belum diajarkan secarakomprehensif dan berkesinambungan sehingga berdampak
kepada kualitas pendidikan dansosial peserta didik dan
masyarakat Aceh, umumnya. Yang diajarkan hanya hal-hal yangtidak
urgen dan bermanfaat. Ambil contoh, pendidikan sekolah kita
belum mampumemberi pemahaman tentang moral bagi anak didik, sehingga masih
ditemukan bagaimanakenakalan terjadi bahkan tindak kejahatanSeperti tawuran
antarpelajar/ mahasiswa, pencurian, khalwat/pacaran,mesum/zina, mengkomsumsi
ganja, merokok dan sebagainya . Ini indikator kalaupengajaran nilai Islami
mengalami kegagalan. Kondisi ini diperparah pula dengan akhlak pendidik
yang sangat memprihatinkan. Sebagai pendidik, seharusnya guru/dosen
menjadiuswah (teladan) bagi siswa/mahasiswanya, bukan sebaliknya. Selama ini
ada "oknum"guru/dosen hanya mengajar dan makan gaji, bukan mendidik
dan membimbing mereka.Tidak ada rasa amanah terhadap kewajibannya sebagai
pendidik. Merekapun tidak memberikan qudwah (panutan). Sehingga memberi
kesan tidak edukatif bagimurid/mahasiswanya. Padahal kewajiban guru/dosen bukan
hanya mengajar, akan tetapumembentuk kepribadian anak didikannya dengan akhlak
yang mulia.Kecuali itu, nilai-nilai budaya Aceh (yang Islami) sudah mengalami
kelunturanbahkan nyaris punah. Misal, memberi ruang bagi munculnya tindakan
khalwat, baik dalamproses belajar maupun dalam pergaulan mereka di luar itu.
Pergi dan pulang kampusbarengan antara laki dan perempuan yang bukan muhrim
sudah menjadi trend, bahkantanpa rasa malu si perempuan berboncengan motor
memeluk si laki. Pacaran dan pergaulanbebas mewarnai dan menodaiLingkungan
pendidikan kita, atau tentang cara berpakaian yang
tidak menganutnorma-norma agama. Ironisnya, pihak
berwenang seperti kepala sekolah/Rektor dan paraguru/dosen diam
saja, hanya menjadi penonton tanpa berusaha amal ma’ruf
nahi munkar.Pembiaran non budaya Islami, telah mengakibatkan tatanan kehidupan
masyarakatmenjadi bobrok..Bagaimana pendidikan di negeri luar? Sangat beda
dengan di negeri kita. Nilai-nilai moral begitu terasa
dalam sistem pendidikan mereka. Agaknya, ini patut kitabecermin
dan mengadopsi sitem pendidikan Negara luar (yang Islami). Sebutlah diantaranya
Universitas al-Azhar, atau di Malaysia, saya melihat hal menarik
yang patut kitacontoh dalam menerapkanPendidikan Islami di Aceh. Di
antaranya persyaratan utama untuk masuk universitas tersebut
yaitu mampu membaca Alquran dengan baik dan bertajwid, di sampingharus lulus
standar ujian bahasa Arab atau Toafl. Itu juga ditunjukkan sikap
parapengajarnya yang jujur, ikhlas dan amanah. Mereka mengajarkan ilmu kepada
paramahasiswa dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.Memulai belajar dengan
basmallah atau tahmid (pujian kepada Allah), danmenutupnya dengan hamdallah
atau doa. Di sela-sela pengajaran ada taushiah (nasehat) dan mereka benar-benar menjadi uswah .
Pembentukan akhlak dan budaya Islami dilingkungan pendidikan mereka menjadi
prioritas para guru dan dosen.Demikian pula adanya sejumlah aturan, misal,
aturan pakaian yang sopan dan syar’i,
yaitu pakaian yang harus menutup aurat, tidak tipis (transparan)
, tidak membentuk lekuk-lekuk tubuh (ketat) dan tidak menyerupai
pakaian lawan jenis, juga tidak merokok dikampus,larangan couple (pacaran atau
khalwat), menyontek, pornografi dan pornoaksi,adanya pemisahan antara
siswa/mahasiswa laki-laki dan perempuan, baik di kelas, kampusmaupun asrama.
Begitu juga dengan sarana dan fasilitas olah raga, internet danentertainment
(hiburan).Kurikulum yang berkualitas, termasuk kewajiban menghafal Alquran.
Adaprogram tambahan yaitu tahfiz. Maka tidak heran seorang sarjana kedokteran
atau tehnik sipil mampu menghafal Alquran. Islamisasi knowledge (ilmu
pengetahuan) merupakanbagian Kita berharap kepada
Pemerintah Aceh dan instansi terkait lainnya (dalam
hal iniDepag, Dinas Pendidikan, dan MPD) dapat merumuskan konsep
pendidikan Islami danmenerapkannya dalam pendidikan di Aceh.

“Konsekuensinya, Pemprov
NAD harus menyediakan dana setiap tahun bagi
dayah-dayah yang bernaung di bawah badan
tersebut,” kata Wakil Gubernur Aceh Muhammad
Nazar kepada wartawan di Banda Aceh, kemarin.Menurut dia, pembentukan badan
tersebut sudah diwacanakan kepada masing-masing kabupaten/kota, agar
memfasilitasi dayah dengan memberikan lahan. Dengandemikian, para santri,
selain belajar kitab Salafiyah, mereka juga dapat mengembangkanusaha.
“Mereka ini tidak boleh
terus bergantung
dengan
sumbangan pihak ketiga maupunsumbangan tidak mengikat lainnya, tetapi ke depan
dayah harus mandiri dan berdikari
dengan lahan yang
diberikan,” sebut Wakil Gubernur.
Untuk tahap awal, Pemprov NAD akan memberikan
bantuan, baik untuk tambak,perkebunan dan usaha lainnya. Dan ini akan dikelola
secara profesional oleh para santridayah. Dengan demikian, melahirkan sumber
pendapatan dayah.Kendala selama ini, kata Nazar, jangankan modal usaha lahan
yang digarap pun tidak ada,sehingga kehidupan dayah san
gat memprihatinkan.
“Kita harapkan masa depan dayah diAceh menjadi bingkai perkembangan pendidikan
Islam,” harap dia
F. Kesimpulan
Pendidikan
merupakan suatu proses belajar engajar yang membiasakan kepadawarga masyarakat
sedini mungkin untuk menggali, memahami dan mengamalkan semuanilai yang
disepakati sebagai nilai yang terpujikan dan dikehendaki, serta berguna
bagikehidupan dan perkembangan ciri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.
PendidikanIslam sendiri adalah proses bimbingan terhadap peserta didik ke arah
terbentuknya pribadimuslim yang baik (insan kamil)Keberhasilan dan kemajuan
pendidikan di masa kerajaan Islam di Aceh, tidak terlepas dari pengaruh
Sultan yang berkuasa dan peran para ulama serta pujangga, baik dariluar maupun
setempat, seperti peran Tokoh pendidikan Hazah Fansuri, Syamsudin As-Sumatrani,
dan Syaeh Nuruddin A-Raniri, yang menghasilkan karya-karya besar
sehinggamenjadikan Aceh sebagai pusat pengkajian Islam
DAFTAR
PUSTAKA.
Thamrin,M.danMulyana,Edy.Perang kemerdekaan Aceh,BadanPerpustakaan Provinsi NAD, 2007.
Thamrin
, M.Aceh,melawan
Penjajahan Belanda,CV.
Wahana, Jakarta,2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar